Jumat, 18 Januari 2013

Kisah Tanpa Judul

   Bus primajasa jurusan bandung-lebak bulus telah kunaiki. mengantarkanku menuju perjalanan yang awalnya tak ada tujuan. Hmmm... berlari dari rumah yang serasa tak berpenghuni (mungkin.. hanya untuk aku, saat itu). Dalam keadaan lemas aku rebahkan badanku di kursi bis yang memang penumpangnya sangat sedikit waktu itu, lamunanku menuju pada masa disaat aku tak mengenali orang lain selain diriku, Namun... aku hanya tau cahaya itu ada diantara senyum bersahaja ayahku. Dalam hati berkata..." begitu sulit 7 tahun tanpamu...". Airmata tak kunjung berhenti. sampai pada akhirnya aku tersadar oleh bunyi hpku, saat kubaca... tetehku menanyakan kabarku, aku tau... tetehku (red- kakak perempuanku- sunda)sangat menghawatirkan keadaanku, begitupun juga aa (red- kakak laki-laki- sunda) ku yang sblmnya telah menyuruhku untuk mengurungkan niatku untuk pergi. Namun ini hanyalah aku... lagi-lagi harus merepotkan kalian dan hanya maaf yang bisa aku ucapkan. Tak lama setelah itu seseorang mengirimkan pesan dan menanyakan kabar aku sedang dimana, sempat kaget.... karna sebelumnya kita sedang mempunyai masalah yang sempat membuat kita berdua untuk memilih saling diam. Hmm.. aku curiga ada pihak keluarga yang memberitahu dia kalau aku pergi.  Ternyata saat aku tanyakan, memang benar tetehku yang memberitahu dia kalau aku pergi. Dan dia menawarkan diri untuk menjemputku, aku malu. Sesampainya aku di lebak bulus, dia ada menjemputku dengan motornya. Serasa masalah yang kemarin membuat kita saling diam itu terlupakan begitu saja.
     Aku menginap dikosan temanku. Pada saat itu memang aku sedang dalam keadaan sakit, lemas rasanya badanku tak bertenaga apalagi dengan angin malam jakarta yang begitu panas. Ah... serasa terbakar tubuhku! Panas jakarta dan suhu badanku yang belum pulih. Aku dijakarta memang tanpa tau kapan akan pulang, karna yang aku tau saat itu aku harus pergi dan ntah kapan kembali. Tak tau apa yang ada dalam pikiranku saat itu, namun saat ini kalau aku harus memilih dalam keadaan seperti itu aku akan duduk diam tanpa kata, tak harus pergi dan membuat masalah. Hanya lagi.. aku kembali pada satu ungkapan " Terkadang kita harus menelan kekecewaan, kegagalan untuk mendapatkan suatu kebahagiaan dan kesuksesan. Karna untuk bahagia dan sukses tidaklah instan".
   Tak terasa hari berlalu, sudah hari ke-empat aku dijakarta. Merepotkan temanku (terimakasih... untuk tempat, makanan, pakaian dan waktu. Allah yang membalas semuanya *peluk*), juga dia. Malam itu dia berkata"saatnya kamu pulang...", aku sempat terdiam dan mataku sudah tak kuat menahan airmata, namun bathinku berkata "aku kuat untuk itu", dan aku jawab... "iyah, aku pulang" sambil menganggukan kepalaku, dia tersenyum. Aa ku pun nelpon kembali menanyakan kabarku kepada dia, dan dia menjawab... dia akan mengantarkan aku pulang sabtu siang besok. Kelihatannya Aa ku pun sangat lega. Dan aku... harus kuat untuk itu. Ntah bagaimana aku mengungkapkan semua ini, namun... di hari-hari aku dijakarta, di hari-hari aku sedang kehilangan arah, dia memang membuat aku begitu kuat. Dia berusaha untuk membuat aku memahami, ini bukan kesalahan yang harus aku sesali, tapi kesalahan yang harus aku pelajari." Terimakasih untuk Cinta yang tak pernah lelah". Dan aku pulang dengan sesegala ketakutan,  tapi aku terus berkata pada diriku sendiri "AKU KUAT! ". Karna tak ada yang memahami masalahmu kecuali dirimu sendiri.

/bye

Senin, 14 Januari 2013

Tanpa Judul.

Terkapar... Sudah.
Komunikasi tak berujung baik pada kata "terserah...!"
Ya... sudahilah, sudah.



*Diujung tanduk takut yang akut, kau beri aku satu kata yang tak mudah... "Terserah".


Sesegala sesuatu untuk sebagian orang tidak selalu dianggap penting, dan menganggap hal dengan serius. Dan,,, untuk sebagian orangpun tidak menganggap sesuatu hal itu gampang dan mudah dilupakan.

kairo, dingin dan membeku. 2013.